Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Cerpen Islami " Lelaki ke 21 "

Lelaki ke 21 Clara Nadia tidak pernah sekalipun menggoreskan bibirnya dengan mengunjingkan orang lain, tutur kata gadis ini sangat lembut dan menenangkan hati,  Ia adalah gadis desa terpelajar, bukan hanya cantik secara fisik, Clara juga memiliki hati yang baik.  Ia selalu menyempatkan diri  untuk berpuasa setiap senin dan kamis, mulut manisnya selalu melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, air matanya selalu menetes di setiap doanya kepada Sang Khalik.  Ia selalu berbakti kepada kedua orang tuannya. Apapun yang diinginkan kedua orang tuanya selama itu tidak melenceng dari Aqidah Agama Clara selalu menurutinya. Kedua orang tua Clara sangat bersyukur memiliki Clara sebagai putri mereka. Tetapi dibalik semua itu mereka menyayangkan sikap Clara yang selalu menolak semua pinangan yang datang kepadanya. Bahkan dikampung itu Clara dikenal sebagai gadis yang sombong dan arogan, sikapnya yang menolak semua pinangan para pemuda yang datang kepadanya membuat Ia dipandang sebela

Puisi " Saat Si Buruk Rupa Jatuh Cinta "

Saat Si Buruk Rupa Jatuh Cinta Cinta sejati hanya datang sekali Pernahkah Kau mendengar itu ? Begitu pula cintaku padamu Walau Kau tak pernah bisa membalas cintaku Tetapi dihatiku selalu ada Kamu Pernahkah Kau berpikir Saat Kamu disakiti oleh Sang Putri karena kekurangan mu Aku yang selalu menerimamu Tanpa pernah melihat kekurangmu Saat Sang Putri dengan tega menolak cintamu dihadapan banyak orang Saat dimana bunga yang engkau jaga agar tetap indah layu Akulah yang selalu ada di sampingmu Saat Kau bertanya kepadaku kenapa Sang Putri tega menolak cinta tulusmu Saat itulah Aku ingin berteriak kepadamu begitu pula perasaanku dulu Saat dimana Aku menyatakan perasaan sukaku kepadamu Tetapi Kamu hanya mentertawakanku dan menganggap Aku hanya bercanda Tapi Aku tak pernah tega melakukannya Yang Aku katakan kepadamu hanya Dia mungkin bukanlah wanita yang tepat untukmu Ketika teman wanitaku bertanya mengapa Aku bisa mencintaimu Aku

Monolog " Dear Tuan Tanpa Nama "

Dear  Tuan Tanpa  Nama Dear Diary, Hai sedang apa Kamu? Maaf sudah lama Aku tak menuliskan surat kepadamu.  Akhir-akhir ini Aku sedang sibuk, sibuk apa? Kamu pasti penasaran.  Tapi Kamu jangan marah ya, baiklah Aku dan teman wanitaku membicarakan tentangmu.  Ya membicarakan tentang kapan Aku bisa bertemu denganmu. Ngomong-ngomong temanku berkata takut kalau jodohnya ternyata sejak didalam kandungan ternyata tidak sempat dilahirkan.  Wanita itu, kata-katanya sangat menakutkan.  Ah.. Aku jadi merinding mengingatnya, sudahlah tidak usah dibahas.  Aku yakin Kamu pasti dilahirkan oleh seorang bidadari yang dengan setia mengasuh, merawat, serta menjagamu dengan sepenuh hatinya sehingga dapat menjadi sesosok Lelaki yang hebat. Oh ya, kapan Kamu akan datang kerumahku?  Ayah dan Ibu sudah membicarakan kapan Kamu akan datang untuk melamarku.  Jangan takut Ayahku tidak galak, Aku akan meyakinkan Ayah bahwa Kau adalah lelaki yang tepat mengantikannya untuk

Puisi " Cita "

  Cita Pernarkah kau berpikir ? Akan jadi apa dirimu Jadi apa yang kau mau Atau jadi apa yang mereka inginkan Cita Masih ada Walau terhalang oleh tembok-tembok tinggi itu Cita masih ada Akan selalu ada Seperti mimpi-mimpi Yang membuai si penjelajah waktu.

Puisi " Diri "

Diri Diri .... Apa yang kau nanti Terombang – ambing disamudra Bagai jiwa tanpa raga Menanti – menanti Mencari .... Apa yang kau cari diri Tak jua kau dapat Hanya sepi Sunyi yang menemani Diri hanya sendiri

Cerpen Spesial hari peringatan sumpah pemuda "Pelangi di ujung badai"

Pelangi diujung badai Matahari bersinar terang, burung-burung berkicau ria tepat pada tanggal 28 Oktober 1998, saat itulah Aku lahir tepat pada hari peringatan Sumpah Pemuda oleh karena itu Aku diberi nama Pemuda oleh Bapakku, walaupun aku lahir ditanggal 28 Oktober Aku tidaklah membawa kebahagiaan bagi kedua Orangtuaku, ya Ibuku meninggal pada saat melahirkan ku.  Dan Aku tidak terakhir sempurna seperti kebanyakan anak, Aku cacat fisik sejak lahir, Aku tidaklah memiliki sepasang kaki. Sejak kecil Aku di asuh oleh Kakekku, saat kebanyakan Anak mendapatkan kasih sayang dari kedua Orangtuanya, Aku hanya mendapatkan kasih sayang dari Kakekku, Bapak dari semenjak Aku lahir sudah meninggalkanku, untuk merantau ke Negeri seberang.  Sampai Aku menginjak remajapun tidak pernah ku lihat rimbanya. Hanya sejumlah uang dan surat yang datang setiap bulannya yang dapat membuat Aku yakin bahwa Bapak baik-baik saja. Kakek yang selalu memberikan motivasi kepadaku agar Aku dapat